Suatu kali, ada seorang pendaki gunung terpeleset dari tebing yang terjal dan tinggi. Tali yang mengikat pinggangnya terputus dan dia jatuh melayang dari ketinggian 1000 meter. Dalam kepanikannya melayang di sisi tebing, dia berteriak dan tangannya berhasil mencengkeram sebuah dahan pohon yang kecil. Dia tergantung di sisi tebing itu hanya mengandalkan sebuah dahan kecil yang bergoyang dan amat membahayakan dirinya. Hatinya berdebar keras dan takut bila dahan itu akan segera patah. Dalam keadaan yang kritis dan darurat itu, barulah dia ingat berdoa kepada Tuhan.

“Oh, Tuhan, ampunilah aku dan tolonglah selamatkan diriku. Jangan biarkan aku mati. Ijinkanlah aku memasuki Tahun Baru 2014!”

Tiba-tiba terdengarlah suara yang berat dan berwibawa menggelegar dari langit dan bergaung di tebing itu, “Aku akan menolongmu! Tapi syaratnya, kau harus percaya padaKu!”

“Baik Tuhan, aku benar-benar percaya kepadaMu!”, sahut pendaki gunung yang malang itu dengan suara yang bergetar.

Lalu kata Suara itu, “Kalau kau benar-benar percaya kepadaKu, lepaskanlah tanganmu dari dahan pohon itu, Aku akan menopangmu!”

Si pendaki gunung tidak bereaksi. Hatinya masih dipenuhi ketakutan. Tak lama kemudian, dia berkata dengan suara setengah berteriak, “Siapa lagi yang ada di atas sana? Tolonglah aku!”

Saudara, ini adalah sebuah contoh dari iman bibir. Iman yang hanya dalam perkataan saja, tidak ada tindakan iman yang nyata. Iman yang sedemikian penuh kecurigaan, kekuatiran, ketakutan, perhitungan rasional demi kepentingan diri, atau syarat lainnya yang bersifat egoistik.

Iman yang sejati seharusnya bukan hanya di bibir mulut saja, atau hanya ada di dalam otak saja, atau hanya sebuah sikap yang formalitas. Tetapi ada tindakan iman yang konkret, yaitu: Pertama, penyerahan diri  secara total tanpa rasa curiga, kuatir, takut, atau syarat-syarat lainnya. Walaupun kadangkala Firman Tuhan itu tampaknya tidak masuk akal, melampaui akal, amat berat, sulit, atau seperti mustahil untuk dilaksanakan. Tetapi sesungguhnya Firman Tuhan itu tidak pernah salah, dan pasti akan terlaksana. Kedua, berbalik arah 180 derajat. Artinya ada perubahan yang konkret sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan; baik dalam pola pikir, perasaan, prinsip hidup, arah hidup, tujuan hidup, sikap, karakter, dan perbuatan nyata sehari-hari. Alkitab berkata, “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” (2 Korintus 5:17). Sebab itu, marilah kita memasuki Tahun Baru 2014 dengan iman yang sejati. Bukan iman bibir.

 

Write a comment:

*

Your email address will not be published.