Menurut survey yang tidak resmi, setelah Black-berry melanda Indonesia, ternyata ada perubahan gaya hidup yang cukup drastis. Antara lain:

1. Lebih suka disuruh antri yang panjang, bisa email, chatting, sms, dls.

2. Jalanan macet pun, tidak ngedumel tapi tetap tenang saja.

3. Lebih berharap dapat lampu merah, lampu hijau nyala malah kesel.

4. Lebih sering diklaksonin orang, sampai ada sticker bumper mobil yang

    berbunyi: “Harap Bersabar, Black-berry User Inside” dijual dan laku keras.

5. Lebih senang disetirin, bahkan rela naik bus-way ketimbang nyetir sendiri.

6. Jadi jarang marah, tetapi lebih banyak dimarahin karena diajak omong,

    sering enggak nyambung.

7. Lebih sering lupa atau salah mencet tombol lift. Harusnya naik, malah

    turun, dan sering kebablasan.

8. Kalau lagi ngantri dengan nomor, suka lupa sama nomor antriannya.

    Ketika sadar, sudah kelewat. Dengan tenang ambil nomor antrian baru lagi.

9. Langganan koran dan majalah masih tertumpuk rapi, belum sempat dibaca.

10. Kalau berjalan sering kejedug atau tersandung, sebab mata tertuju ke

      layar Black-berry.

11. Lebih sering senyum-senyum atau cekikikan sendiri.

12. Kalau di tempat umum, suka tiba-tiba panik mencari stop-kontak, karena

      baterai sudah sekarat.

                                   

Saudara, ini adalah humor sindirian terhadap manusia post-modern yang sudah kecanduan dengan pemakaian smart-phone. Rasanya tanpa smart-phone atau koneksi internet, hidup manusia akan menjadi bosan, lumpuh, terisolasi, bahkan menjadi ‘mati’ sama sekali?

     Memang, alat komunikasi itu penting sekali. Tetapi namanya juga alat. Seharusnya ia menjadi ‘hamba’ yang melayani kebutuhan dan kepentingan manusia. Bukan sebaliknya, berfungsi sebagai ‘boss’ atau ‘tuan’ yang memperbudak, dan mengatur semua prinsip dan gaya hidup manusia. Contohnya adalah seperti humor di atas, yang sebenarnya memang benar-benar terjadi dalam kehidupan banyak manusia di dunia ini. Tidak sedikit yang mati dalam kecelakaan lalu lintas, karena sedang menggunakan smart-phonenya. Ini jelas adalah gaya hidup yang bodoh, juga perbuatan yang jahat.

     Alkitab mengingatkan kita, “Karena itu, perhatikanlah dengan saksama bagaimana kamu hidup, jangan seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.” (Efesus 5:15-16). Ingatlah, jangan Saudara mau diperbudak oleh teknologi, tetapi pakailah teknologi dengan bijaksana untuk membangun dan melayani sesama sesuai dengan kehendak Allah yang baik dan benar. 

Write a comment:

*

Your email address will not be published.